PENGGUNAAN ALAT PERAGA MISTAR HITUNG
DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
SUATU ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
dengan menggunakan alat peraga mistar hitung di kelas VI SD Negeri 05 Kecamatan
V Koto Kabupaten Mukomuko. Adapun cakupan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah: Apakah penggunaan alat peraga mistar hitung dapat meningkatkan hasil
belajar siswa siswa. Latar belakang penulis melakukan penelitian ini adalah
melihat dari kenyataan pada pembelajaran Matematika di sekolah bahwa kurang
guru dalam menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dan hanya
didominasi oleh guru sebagai sumber informasi. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau dapat
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional
(Suyanto, 1997). Dengan PTK, maka guru akan memperoleh manfaat praktis yaitu
dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan
bagaimana mengatasi masalah itu. Menurut Suyanto,(1997), Hasan, Sukaryana,
Wahjoedi (1997) (dalam Kasbolah, 1998) bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan PTK
adalah untuk meingkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah, relevansi
pendidikan, mutu hasil pendidikan dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam
proses penelitian ini penulis berperan sebagai guru sekaligus peneliti. Pada
pelaksanaan tidakan ini melibatkan seorang guru bidang studi dan seorang teman
sejawat yang berperan sebagai pengamat terhadap tindakan yang dilakukan. Data
penelitian berupa informasi tentang proses dan hasil tindakan yang diperoleh
dari hasil pengamatan dan catatan setiap tindakan dalam pembelajaran Matematika
di kelas VI SD Negeri 05 Kec. V Koto Kab. Mukomuko. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD
terteliti. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga
mistar hitung. Sebelumnya pada pembelajaran matematika, rata-rata kelas 5,04
setelah diadakan tindakan siklus 1 pada pembelajaran Matematika terjadi
peningkatan yaitu 7,31 pada siklus 2 meningkat menjadi 7,96. Pelaksanaan
pembelajaran harus berdasarkan pada perencanaan pembelajaran yang telah disusun
pada siklus I dan Siklus II.
Kata Kunci ; Alat Peraga
Mistar Hitung, Hasil Pembelajaran.
Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar sangat penting artinya dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi semenjak dini. Hal
yang menjadi hambatan selama selama ini dalam pembelajaran Matematika adalah
disebabkan kurang profesionalnya guru dalam menyampaikan pelajaran, mereka
jarang menggunakan alat peraga dan sumber belajar, sehingga kurang menarik
minat anak, dan pada gilirannya prestasi belajar kurang memuaskan. Pendeknya
pembelajaran Matematika selama ini kurang aplikatif pada kejadian sehari-hari yang
ada dilingkungan sekitarnya.
Agar pembelajaran Matematika menjadi
pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM),
dapat dilakukan melalui berbagai cara. Selain melalui berbagai kegiatan dan
penelitian, untuk memperjelas pemahaman terhadap konsep pembelajaran, alat
peraga konkrit sangat diperlukan.
Penggunaan alat peraga mistar hitung
dalam pembelajaran Matematika di SD ini, dipilih karena beberapa aspek :
Ø
Menumbuhkan
minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
Ø Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga
siswa lebih mudah memahaminya
Ø Metode mengajar akan lebih bervariasi
sehingga siswa tidak akan mudah bosan
Ø
Membuat
lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan
mendemonstrasikan dan sebagainya.
Dengan demikian penggunaan alat peraga Mistar Hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Dengan menggunakan alat
peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam
mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu
dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan
dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum
dipakai dalam mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti
peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah
telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun
ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat
diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang
diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “
melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
PENGERTIAN ALAT PERAGA
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien
(Sudjana, 2002 :59 ).
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar
ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan
alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan
dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan
sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan
alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting
sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa. Alat peraga sering
disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan
telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah
dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga
dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih
efektif dan efisien.
JENIS-JENIS ALAT
PERAGA
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat
digunakan dalam mengajar yaitu:
a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat
peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar
disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan
tidak mengita waktu persiapan.
b. Papan Tulis
Peranan papan tulis tidak kalah
pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana
sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman
untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang
sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat
menggambarkan orang, kota atau kejadian.
c. Mistar Hitung
Mistar hitung adalah alat bantu
untuk menghitung penjumlahan pada bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari
kertas karton. Mistar hitung
yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan
terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol dan bilangan
bulat positif.
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA
a. Kelebihan penggunaan alat peraga
yaitu:
Ø Menumbuhkan minat belajar siswa karena
pelajaran menjadi lebih menarik
Ø Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga
siswa lebih mudah memahaminya
Ø Metode mengajar akan lebih bervariasi
sehingga siswa tidak akan mudah bosan
Ø Membuat lebih aktif melakukan kegiatan
belajar seperti : mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya
b. Kekurangan penggunaan alat peraga
Ø Mengajar dengan memakai alat peraga lebih
banyak menuntut guru.
Ø
Banyak
waktu yang diperlukan untuk persiapan.
Ø Perlu kesediaan berkorban secara materiil.
KRITERIA PEMILIHAN
ALAT PERAGA
Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik
tertentu. Ruseffendi (dalam darhim,1986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang
di gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:
1. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup
kuat ).
2.
Bentuk dan warnanya menarik.
3. Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit
).
4. Ukurannya sesuai (seimbang )dengan ukuran
fisik anak.
5. Dapat menyajikan konsep matematika (tidak
mempersulit pemahaman)
6.
Sesuai dengan konsep
pembelajaran.
7. Dapat memperjelas konsep (tidak
mempersulit pemahaman )
8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi
tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa.
9. Bila kita mengharap siswa belajar aktif
(sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di
manipulasikan, yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan,
dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain.
10. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat
berfaedah lipat (banyak ).
Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan
alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru
bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat
siswa menjadi bingung. Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat
lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni: tujuan, materi pelajaran,
strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada,
sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak
sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan
anak, umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia.
Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini.
Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai
alat Bantu mengajar. Sumber : http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alatperaga.html
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau dapat meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 1997).
Dengan PTK, maka guru akan memperoleh manfaat praktis yaitu dapat mengetahui
secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi
masalah itu. Menurut Suyanto,(1997), Hasan, Sukaryana, Wahjoedi (1997) (dalam
Kasbolah, 1998) bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan PTK adalah untuk
meingkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah, relevansi pendidikan,
mutu hasil pendidikan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam proses penelitian ini penulis berperan sebagai guru sekaligus
peneliti. Pada pelaksanaan tidakan ini melibatkan seorang guru bidang studi dan
seorang teman sejawat yang berperan sebagai pengamat terhadap tindakan yang
dilakukan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD NEGERI 05 Kecamatan V Koto Kabupaten
Mukomuko. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Peneliti memilih di SD Negeri 05 Kecamatan V koto Kabupaten Mukomuko karena
alasan peneliti yang bertugas di SD Negeri 05 Kecamatan V Koto Kabupaten
Mukomuko dan mendapat izin melakukan penelitian.
Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek dan objek penelitian ini adalah guru kelas dan
murid kelas VI SD Negeri 05 V Koto semester I tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 26 orang. Terdiri dari 9 murid laki-laki dan 17 murid perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik :
- Dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa pada tahun pelajaran yang lalu, yang digunakan sebagai dasar refleksi awal.
- Tes, yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil belajar murid setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut : (1) Perencanaan (planning),
(2) pelaksanaan tindakan (action),
(3) Observasi (observation), (4)
refleksi (reflection), dalam setiap
siklus. Adapun jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini akan
ditentukan kemudian tergantung pada hasil yang dicapai pada setiap siklus.
Kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
a)
Siklus I
1)
Perencanaan
-
Membuat
skenario pembelajaran untuk setiap siklus.
-
Membuat
lembar observasi guru dan lembar observasi murid yang digunakan untuk melihat
bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas.
-
Membuat lembar kerja siswa.
-
Menyusun
tes awal tentang pengetahuan operasi hitung bilangan bulat sebelum diberikan
tindakan.
-
Mempersiapkan
alat peraga mistar hitung.
-
Membuat alat evaluasi berupa
test tertulis yaitu pre test dan post test.
2)
Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, berupa proses
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. Pelaksanaan setiap siklus
berlangsung selama 2 jam pelajaran.
Kegiatan mengajar yang diamati oleh satu (1) orang
kolaborasi. Setelah itu dilakukan pertemuan untuk mendiskusikan temuan yang ada
dalam pelaksanaan tindakan dan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan
berikutnya.
Langkah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas yaitu :
a)
Pendahuluan :
-
Mengecek kehadiran siswa
-
Apersepsi
-
Motivasi
b) Kegiatan inti yang terdiri dari :
-
Membagi siswa menjadi 4
kelompok
-
Setiap
kelompok diberikan LKS dan mistar hitung.
-
Setiap kelompok
mendiskusikannya.
-
Setiap kelompok menyampaikan
hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi.
-
Guru memberikan penguatan
kepada tiap kelompok.
-
Guru memantapkan materi pembelajaran.
c) Kegaiatan penutup yang terdiri dari :
-
Bersama siswa merangkum materi.
-
Melakukan
penilaian proses dan pemberian tugas pekerjaan rumah.
3)
Observasi
Observasi ini dilakukan terhadap murid dan terhadap
guru selama proses belajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
Observasi ini dilakukan oleh 2 orang pengamat. Pengamatan dilakukan dengan
memberi tanda check (√ ) pada kolom yang telah disediakan.
4)
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes, maka dapat
dilakukan refleksi, sehingga dapat diketahui apa yang telah dicapai atau yang
belum dicapai dalam pembelajaran pada siklus ini serta melihat kelemahan dan
kekurangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemudian akan diperbaiki
pada siklus kedua dan seterusnya.
Pengelolaan Data
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan statistic
deskriptif. Menurut Arikunto (1993) yaitu statistic yang digunakan
untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.
Data tes dianalisis dengan menggunakan perhitungan daya serap siswa secara
klasikal yaitu nilai prestasi rata-rata siswa dalam satu kelas. Berdasarkan
panduan kurikulum KTSP, kriteria daya serap klasikal adalah 85% dari jumlah
peserta tes telah mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 6,0 (≥6,0) rumus
yang digunakan untuk perhitungan analisis data adalah :
Data tes hasil belajar tiap siklus
a.
Nilai akhir
NA = 25% nilai laporan + 75% nilai tes.
b.
|
Nilai rata-rata siswa
X =
Keterangan :
X = Nilai
rata-rata siswa
∑x = Jumlah nilai
N = banyaknya siswa
c.
|
Daya serap individual
Ds = x 100%
Keterangan :
Ds = Daya serap
X = Nilai yang dicapai siswa
Ni = Nilai ideal
d.
|
Daya serap klasikal
Ds = x 100%
Keterangan :
Ds = Daya serap
Ns = Jumlah nilai yang diperoleh siswa.
Ni = Nilai ideal
S = Jumlah peserta tes
e.
|
Persentase ketuntasan belajar
KB = x 100%
Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar secara klasikal
n1 = Jumlah siswa
yang mendapat nilai ≥ 6,5
n = Jumlah peserta tes
Indikator Kinerja
a.
Daya Serap (Ds)
Daya serap dikatakan meningkat bila daya serap siswa
pada siklus kedua lebih baik dari siklus pertama, daya serap siklus ketiga
lebih baik dari siklus kedua (Ds1<Ds2<Ds3).
b.
Ketuntasan Belajar
Hasil belajar dikatakan
tuntas berdasarkan urutan sebagai berikut :
Untuk individu : jika siswa dapat nilai ≥ 6,0
Untuk klasikal : jika > 85% siswa mendapat
nilai ≥ 6,0.
c.
Lembar Observasi
Penggunaan skala penilaian
pada proses pembelajaran yaitu antara 1 sampai 3. Makna dari nilai tersebut
adalah semakin tinggi nilai yang diperoleh semakin baik proses pembelajaran.
Demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh semakin kurang
baik proses pembelajaran. Nilai ditentukan pada kisaran nilai untuk tiap
criteria pengamatan menggunakan persamaan berikut :
|
Rata-rata skor :
Untuk lembar observasi guru
Skor tertinggi tiap butir
observasi adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 17, maka skor
tertinggi adalah 51. Oleh karena itu kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah
18, sedangkan kisaran untuk tiap kriteria pengamatan adalah :
Kurang (K) : jika skor antara 1 samapi 17
Cukup (C ) : jika skor antara 18 sampai dengan 34
Baik (B) : jika skor antara 35 sampai dengan 51
Untuk lembar observasi
siswa
Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3,
sedangkan jumlah butir observasi adalah 12, maka skor tertinggi adalah 36. Oleh
karena itu kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah 13, sedangkan kisaran untuk
tiap kriteria pengamatan adalah :
Kurang (K) : jika skor antara 1 sampai dengan 12
Cukup ( C ) :
jika skor antara 13 sampai dengan 24
Baik (B) : jika skor antara 25 sampai dengan 36
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi pra siklus, rencana
tindakan dan pelaksanaan tindakan. Masing-masing akan
diuraikan sebagai berikut :
1.
Pra Siklus
Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh
peneliti, maka dapat dikemukakan gambaran secara umum keadaan proses
pembelajaran Matematika di kelas VI SD N 05 V Koto, yaitu : siswa berjumlah 26
orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. 75% kegiatan
pembelajarannya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga
sehingga mengakibatkan siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Oleh karena itu, sebelum melaksanakan tindakan
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung, dilaksanakan tes
awal pada siswa. Dari hasil tes awal secara umum keadaannya menunjukkan :
- Kurangnya
pengetahuan siswa tentang konsep operasi hitung bilangan bulat
(penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan negatif).
- Kesulitan
siswa untuk mempelajari konsep operasi hitung bilangan bulat (penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan negatif).
Dari tes awal tentang penyajian peta diperoleh data
bahwa dari 26 orang siswa yang ikut tes masih banyak yang mendapat nilai
dibawah 6,0. Dengan demikian,
pengetahuan awal siswa tentang materi pelajaran masih sangat minim (rendah).
2.
Siklus I
2.1
Perencanaan
Pada Siklus I ini penelitian tindakan kelas dilakukan
pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Kegiatan belajar mengajar
diawali dengan mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa mengenai topik dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan
diberikan LKS (lembar kerja siswa). Sementara setiap siswa mendiskusikannya,
guru memonitoring dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Kemudian
secara bergantian setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok
lain menanggapi. Guru memberikan penguatan pada tiap kelompok. Selanjutnya guru memantapkan materi
pelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung. Guru bersama siswa
merangkum materi, dan selanjutnya guru melakukan penilaian proses dan pemberian
tugas rumah.
2.2
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilakasanakan pada tanggal 26 Juli 2011
dengan sub pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat. Proses pembelajaran berlangsung di ruang kelas VI
SD N 05 V Koto.
Guru menyajikan materi
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dan diakhiri
dengan memberi tes Siklus I. Penilaian hasil belajar siklus I merupakan
gabungan dari nilai laporan 25% dan hasil tes 75%.
Dari 26 orang murid yang mengikuti tes akhir siklus I
hanya 15 orang murid yang memperoleh nilai ≥ 6,0 dan 9 orang murid lainnya
masih memperoleh nilai ≤ 6,0. Hasil belajar siklus I ini memiliki nilai rata-rata sebesar 6,7 dengan daya
serap sebesar 6,7% dan ketuntasan belajar 61,5%.
Secara klasikal proses
pembelajaran pada siklus I belum tuntas. Karena ketuntasan belajar secara
klasikal akan tercapai apabila 85% dari jumlah siswa di kelas tersebut telah
mendapat nilai ≥ 6,0. Sedangkan secara individu pada pembelajaran siklus I
sudah dari setengah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
2.3
Observasi
a.
Deskripsi hasil observasi
aktifitas guru.
Berdasarkan hasil observasi
aktivitas guru diperoleh rata-rata skor pada siklus I sebesar 33,5. Maka secara
keseluruhan aktifitas guru dalam pengajaran dalam berdasarkan masalah pada
pembelajaran Siklus I termasuk dalam kategori cukup.
Tetapi berdasarkan lembar observasi aktivitas guru
masih banyak terdapat kekurangan yang dapat diamati yaitu:
1.
Guru kurang tepat memberikan
pertanyaan motivasi pada siswa
2. Guru kurang pandai dalam menyampaikan
suatu permasalahan pada siswa.
3. Guru kurang membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan hasil kerja kelompok.
4.
Guru kurang membimbing siswa
dalam membuat rangkuman.
5. Guru belum mengalokasikan waktu
pembelajaran dengan tepat.
6.
Guru kurang memelihara
keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
b.
Deskripsi hasil observasi
aktifitas siswa
Berdasarkan hasil analisa data observasi aktifitas
siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media peta pada
siklus I dikategorikan cukup dengan rata-rata skor 23.5 .
Kekurangan yang dapat diamati dari lembar observasi
aktifitas siswa adalah :
1.
Masih ada siswa yang tidak memperhatikan
dan mencatat judul serta tujuan pembelajaran.
2.
Siswa masih ragu-ragu dalam
menganalisis dan menjawab pertanyaan.
3. Siswa masih memerlukan bimbingan dalam
menggunakan mistar hitung.
4. Siswa kurang kompak dalam menyajikan hasil
diskusi kelompok.
5. Siswa belum bisa membuat rangkuman
berdasarkan tujuan pembelajaran.
2.4
Refleksi
Berdasarkan hasil tes siklus I maupun dari lembar
observasi aktifitas guru dan siswa, maka perlu diadakan perbaikan yang akan
diterapkan pada siklus II, yaitu :
1. Guru harus tepat memberikan pertanyaan
motivasi pada siswa.
2. Guru harus pandai dalam menyampaikan suatu
permasalahan pada siswa.
3.
Guru harus membimbing siswa
selama proses pembelajaran.
4. Guru harus bisa mengalokasikan waktu
pembelajaran dengan tepat.
5.
Guru harus memelihara keterlibatan
siswa selama proses pembelajaran.
3.
Siklus II
3.1
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2011
dengan sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat. Pada siklus II ini
dilakukan beberapa perbaikan atas dasar reflekasi dari siklus I. Sama seperti
siklus I, pada siklus II ini guru menyajikan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada siklus II ini guru memulai
pelajaran dengan menuliskan judul dan tujuan pelajaran dengan jelas. Kemudian
menyampaikan permasalahan pada siswa dan membimbing siswa selama proses
pembelajaran.
Selama proses pembelajaran guru memelihara
keterlibatan siswa dan memilih siswa secara acak untuk menjelaskan kembali apa
yang telah dipaparkan oleh kelompok yang maju. Guru sudah bisa mengalokasikan
waktu pembelajaran dengan tepat. Diakhir pembelajaran sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat guru
memberikan tes siklus II.
Dari 24 orang murid yang mengikuti tes akhir siklus II
terdapat 23 orang murid yang memperoleh nilai > 6,0 dan 1 orang murid lainnya
masih memperoleh nilai < 6,0. Hasil belajar siklus II ini memiliki nilai
rata-rata sebesar 8,2 dengan daya serap sebesar 8.2% dan ketuntasan belajar
92%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II
ketuntasan belajar siswa termasuk dalam kategori tuntas.
3.2
Observasi
Observasi pada siklus II dilakukan oleh pengamat
dengan mencatat semua perubahan yang terjadi pada guru dan siswa dengan cara
mengamati keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan aspek pengamatan yang
telah disiapkan.
a.
Deskripsi Hasil Observasi
Aktifitas Guru
Pengamat memberikan
penilaian berdasarkan kriteria pengamatan pada indikator aspek pengamatan dalam
lembar observasi guru. Diperoleh rata-rata skor pada siklus II sebesar 45,5.
Maka secara keseluruhan aktifitas guru dalam pengajaran menggunakan media peta
pada sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat dalam kriteria baik dengan
gambaran sebagai berikut :
1.
Guru sudah tepat memberikan
pertanyaan motivasi pada siswa.
2. Guru sudah pandai dalam menyampaikan suatu
permasalahan pada siswa.
3. Guru sudah cukup baik membimbing dan
mengembangkan sikap motivasi siswa selama proses pembelajaran.
4. Guru sudah mengalokasikan waktu
pembelajaran dengan tepat.
5. Guru sudah cukup baik dalam memelihara
keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
b.
Deskripsi Hasil Observasi
Aktifitas Siswa
Pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dan
perbaikan pada pembelajaran siklus
I. Dari hasil analisis data observasi
aktifitas siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan peta
dapat dikategorikan baik dengan rata-rata skor 33.
Gambaran mengenai aktifitas siswa dalam penerapan
media peta berdasarkan masalah pada Siklus II sebagai berikut :
1. Masih ada siswa yang kebingungan
menggunakan mistar hitung.
2. Masih ada siswa yang kurang teliti dalam
menentukan hasil pengurangan bilangan bulat dengan mistar hitung.
3.3
Refleksi
Hal-hal yang sudah tercapai pada siklus II adalah :
1.
Guru sudah cukup baik dalam
memberikan kepada setiap kelompok selama proses pembelajaran.
2.
Keaktifan siswa sudah meningkat
selama proses pembelajaran.
3.
Siswa mengalami peningkatan
setiap siklus
Pembahasan
1.
Hasil Belajar
Penelitian ini dilaksanakan berawal dari permasalahan
yang dijumpai di kelas VI SD Negeri 05 V Koto kabupaten Mukomuko. Permasalahan utama
yang dijumpai adalah proses pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru,
tanpa menggunakan alat peraga pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini diupayakan menggunakan alat peraga mistar hitung.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan yang
terdiri dari dua siklus, terdapat peningkatan proses pembelajaran dari siklus I
ke siklus II, seperti yang telihat pada rata-rata skor observasi guru dan
observasi siswa dan nilai rata-rata serta persentase ketuntasan belajar
klasikal antara proses pembelajaran siklus I dan siklus II.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai
rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar, yaitu :
a.
Nilai rata-rata siswa
Nilai rata-rata siswa pada
siklus I sebesar 6,7 dan siklus II sebesar 8,2. Pada siklus I nilai rata-rata
siswa belum memenuhi acuan keberhasilan yang diharapkan sedangkan pada siklus
II acuan keberhasilan sudah terpenuhi.
b.
Daya serap
Daya serap pada siklus I
61,5% dan siklus II sebesar 92%. Pada siklus I daya serap siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan belum memenuhi acuan keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus II acuan keberhasilannya sudah terpenuhi.
c.
Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar pada
siklus I sebesar 61,5%,. Pada siklus II sebesar 85%. Pada siklus I ketuntasan
belajar siswa belum memenuhi acuan keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan pada
siklus II acuan keberhasilannya sudah terpenuhi.
Hasil penelitian siklus I
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemahaman siswa tentang Operasi Hitung
Bilangan Bulat sebesar 6,7. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka
pada siklus I siswa belum berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan
guru. Dilihat dari skor daya serap klasikal baru 67% dari jumlah siswa yang
sudah berhasil memahami materi pelajaran. Bila dibandingkan dengan siklus II
persentase daya serap klasikal disiklus ini masih tergolong rendah.
Sedangkan ketuntasan belajar
secara klasikal hanya 61,5%, berarti pada siklus I ini secara klasikal siswa
belum tuntas belajar. Karena belum sesuai dengan ketetapan dari Dinas
Pendidikan yaitu 85% siswa mendapat
nilai ≥6,0.
Ketidak berhasilan ini
disebabkan karena beberapa hal : (1) Alat Peraga Mistar Hitung relatif baru
dikenal oleh siswa. Sebab sebelumnya guru tidak pernah menggunakan Alat Peraga
Mistar Hitung. (2) Bekal pengetahuan MTK di SD umumnya relatif rendah.
Kebanyakan siswa sudah lupa dengan pelajaran di kelas sebelumnya.
Nilai rata-rata pemahaman
siswa terhadap Operasi Hitung Bilangan Bulat (sub pokok bahasan Pengurangan
Bilangan Bulat) yang diajarkan pada siklus II sebesar 7,3. Berarti sudah
memenuhi acuan keberhasilan. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan,
maka secara umum siswa telah berhasil memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat.
Dari persentase daya serap klasikal, terlihat 73% dari jumlah siswa yang sudah
berhasil memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jadi daya serap siswa secara
klasikal semakin meningkat karena daya serap siswa pada siklus II lebih baik
dari siklus I (Ds1 < Ds 2). Disamping itu, pada siklus
II persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga meningkat yaitu
sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dengan menggunakan media
pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Meskipun masih ada
2 orang siswa (15% siswa) belum berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang
ditetapkan. Ketidak berhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya siswa tidak terbiasa menggunakan alat peraga mistar hitung, yang
akhirnya menyebabkan hasil belajar mereka menjadi rendah.
Menurut Robinson (1998)
dalam bukunya asas-asas praktek mengajar dikatakan bahwa media pengajaran dapat
membantu guru dalam menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode
pengajaran yang dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan emosional
yang sehat diantara siswa-siswanya. Bahan pelajaran ini selanjutnya membantu
guru membawa dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing
sifatnya menjadi lebih konkrit dan mudah dimengerti oleh siswa. Bila pengajaran
ini dilakukan secara tepat, maka murid akan melibatkan diri dalam pelajarannya
dan ada kemungkinan hasil belajar mereka bertambah baik dan maju.
Hasil tes menunjukkan
terjadinya peningkatan hasil belajar yang cukup berarti. Dilihat dari nilai
rata-rata siswa tiap siklus dan tercapainya ketuntasan belajar klasikal maka
media pembelajaran peta dapat dikatakan meningkatkan hasil belajar. Jadi karena
nilai rata-rata siswa tiap siklus meningkat dan ketuntasan belajar siswa pun
tercapai, maka media pembelajaran peta dikatakan berhasil walaupun belum secara
maksimal.
2.
Aktifitas siswa
Berdasarkan hasil rata-rata skor yang diperoleh dari
siklus I sampai siklus II, dapat dinyatakan bahwa aktifitas siswa meningkat
dalam pembelajaran Negara-negara benua Asia
melalui media pembelajaran peta. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Pada siklus I keaktifan
siswa sebesar 23,5 dan termasuk dalam kriteria cukup. Pada siklus I ini, siswa masih pada
tahap penyesuaian karena siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan alat
peraga mistar hitung. Hal ini dapat dilihat ketika siswa masih kesulitan dalam
melakukan pencarian hasil operasi hitung bilangan bulat. Selain itu para siswa
belum menyadari hakekat dari belajar kelompok, sehingga masih banyak tampak
dalam suatu kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif belajar. Sementara
siswa yang lainnya bermain-main dengan temannya dan pada saat mempersentasekan
hasil kerja kelompok di depan kelas para siswa masih kurang percaya diri dengan
kemampuan yang dimilikinya dan siswa yang lain masih belum berani bertanya dan
menanggapi. Proses pembelajaran pada siklus I ini, siswa masih banyak
memerlukan bimbingan.
Pada siklus II keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan yang ditandai
dengan skor rata-rata 33 dengan kategori baik. Siswa sudah biasa belajar dengan
menggunakan alat peraga mistar hitung. Pada siklus II ini siswa sudah lebih
aktif dalam belajar, lebih mudah dalam melakukan pencarian hasil operasi hitung
bilangan bulat dan saat mempresentasekan hasil karya kelompok juga sangat
bagus. Sehingga kegiatan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan alat peraga mistar hitung dalam
pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri 05 V Koto. Pada setiap siklus
siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata siswa yaitu pada
siklus I sebesar 6,7 dan pada siklus II sebesar 7,3. Daya serap siswa pada siklsu I sebesar 67% dan
pada siklus II sebesar 73%. Ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 61,5% dan
siklus II sebesar 85%.
2. Penerapan alat peraga mistar hitung dalam
pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan aktivitas siswa
kelas VI SD Negeri 05 V Koto. Pada siklus I aktifitas siswa berada pada
kriteria cukup dengan skor 23,5 pada siklus II berada pada kriteria baik dengan
skor 33.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan :
1. Guru kelas VI diharapkan dapat menerapkan
alat peraga mistar hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat.
Karena dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa.
2. Agar guru menyiapkan tugas siswa secara
terstruktur.
3. Disarankan juga untuk guru agar dalam
mengajarkan setiap materi pelajaran menggunakan media pembelajaran.
4. Dari penelitian tindakan kelas ini ada
peningkatan pengetahuan dan aktifitas siswa agar guru melakukan PTK untuk
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi.
5. Kepada pihak yang berkompeten agar
memberikan motivasi atau reward kepada guru yang mampu membuat alat peraga atau
media pembelajaran.
No comments:
Post a Comment