Saturday 31 January 2015

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MISTAR HITUNG DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SUATU ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MISTAR HITUNG
DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
SUATU ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga mistar hitung di kelas VI SD Negeri 05 Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko. Adapun cakupan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan alat peraga mistar hitung dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa. Latar belakang penulis melakukan penelitian ini adalah melihat dari kenyataan pada pembelajaran Matematika di sekolah bahwa kurang guru dalam menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dan hanya didominasi oleh guru sebagai sumber informasi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau dapat meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 1997). Dengan PTK, maka guru akan memperoleh manfaat praktis yaitu dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi masalah itu. Menurut Suyanto,(1997), Hasan, Sukaryana, Wahjoedi (1997) (dalam Kasbolah, 1998) bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan PTK adalah untuk meingkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah, relevansi pendidikan, mutu hasil pendidikan dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam proses penelitian ini penulis berperan sebagai guru sekaligus peneliti. Pada pelaksanaan tidakan ini melibatkan seorang guru bidang studi dan seorang teman sejawat yang berperan sebagai pengamat terhadap tindakan yang dilakukan. Data penelitian berupa informasi tentang proses dan hasil tindakan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan catatan setiap tindakan dalam pembelajaran Matematika di kelas VI SD Negeri  05 Kec. V Koto Kab. Mukomuko. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD terteliti. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga mistar hitung. Sebelumnya pada pembelajaran matematika, rata-rata kelas 5,04 setelah diadakan tindakan siklus 1 pada pembelajaran Matematika terjadi peningkatan yaitu 7,31 pada siklus 2 meningkat menjadi 7,96. Pelaksanaan pembelajaran harus berdasarkan pada perencanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dan Siklus II.

Kata Kunci ; Alat Peraga Mistar Hitung, Hasil Pembelajaran.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar sangat penting artinya dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan selama selama ini dalam pembelajaran Matematika adalah disebabkan kurang profesionalnya guru dalam menyampaikan pelajaran, mereka jarang menggunakan alat peraga dan sumber belajar, sehingga kurang menarik minat anak, dan pada gilirannya prestasi belajar kurang memuaskan. Pendeknya pembelajaran Matematika selama ini kurang aplikatif pada kejadian sehari-hari yang ada dilingkungan sekitarnya.
Agar pembelajaran Matematika menjadi pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai cara. Selain melalui berbagai kegiatan dan penelitian, untuk memperjelas pemahaman terhadap konsep pembelajaran, alat peraga konkrit sangat diperlukan.
Penggunaan alat peraga mistar hitung dalam pembelajaran Matematika di SD ini, dipilih karena beberapa aspek :
Ø  Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
Ø  Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
Ø  Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan 
Ø  Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Dengan demikian penggunaan alat peraga Mistar Hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Dengan menggunakan alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu  dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam. 

PENGERTIAN ALAT PERAGA

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

JENIS-JENIS ALAT PERAGA

Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:
a.       Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b.      Papan Tulis
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.

c.       Mistar Hitung
Mistar hitung adalah alat bantu untuk menghitung penjumlahan pada bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari kertas karton. Mistar hitung yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA

a.       Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu: 
Ø  Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
Ø  Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
Ø  Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan 
Ø  Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti : mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya
b.      Kekurangan penggunaan alat peraga
Ø  Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.
Ø  Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.
Ø  Perlu kesediaan berkorban secara materiil.

KRITERIA PEMILIHAN ALAT PERAGA

Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu. Ruseffendi (dalam darhim,1986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang di gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:
1.      Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ).
2.      Bentuk dan warnanya menarik.
3.      Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit ).
4.      Ukurannya sesuai (seimbang )dengan ukuran fisik anak.
5.      Dapat menyajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman)
6.      Sesuai dengan konsep pembelajaran.
7.      Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman )
8.      Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa.
9.      Bila kita mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan, yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain.
10.  Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak ).
Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung. Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni: tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat Bantu mengajar. Sumber : http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alatperaga.html



      


METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau dapat meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 1997). Dengan PTK, maka guru akan memperoleh manfaat praktis yaitu dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi masalah itu. Menurut Suyanto,(1997), Hasan, Sukaryana, Wahjoedi (1997) (dalam Kasbolah, 1998) bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan PTK adalah untuk meingkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah, relevansi pendidikan, mutu hasil pendidikan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam proses penelitian ini penulis berperan sebagai guru sekaligus peneliti. Pada pelaksanaan tidakan ini melibatkan seorang guru bidang studi dan seorang teman sejawat yang berperan sebagai pengamat terhadap tindakan yang dilakukan.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD NEGERI 05 Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012. Peneliti memilih di SD Negeri 05 Kecamatan V koto Kabupaten Mukomuko karena alasan peneliti yang bertugas di SD Negeri 05 Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko dan mendapat izin melakukan penelitian.

Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek dan objek penelitian ini adalah guru kelas dan murid kelas VI SD Negeri 05 V Koto semester I tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 orang. Terdiri dari 9 murid laki-laki dan 17 murid perempuan.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik :
  1. Dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa pada tahun pelajaran yang lalu, yang digunakan sebagai dasar refleksi awal.
  2. Tes, yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil belajar murid setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung.

Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : (1) Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) Observasi (observation), (4) refleksi (reflection), dalam setiap siklus. Adapun jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini akan ditentukan kemudian tergantung pada hasil yang dicapai pada setiap siklus. Kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
a)      Siklus I
1)      Perencanaan
-          Membuat skenario pembelajaran untuk setiap siklus.
-          Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi murid yang digunakan untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas.
-          Membuat lembar kerja siswa.
-          Menyusun tes awal tentang pengetahuan operasi hitung bilangan bulat sebelum diberikan tindakan.
-          Mempersiapkan alat peraga mistar hitung.
-          Membuat alat evaluasi berupa test tertulis yaitu pre test dan post test.




2)      Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. Pelaksanaan setiap siklus berlangsung selama 2 jam pelajaran.
Kegiatan mengajar yang diamati oleh satu (1) orang kolaborasi. Setelah itu dilakukan pertemuan untuk mendiskusikan temuan yang ada dalam pelaksanaan tindakan dan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan berikutnya.
Langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu :
a)      Pendahuluan :
-          Mengecek kehadiran siswa
-          Apersepsi
-          Motivasi
b)      Kegiatan inti yang terdiri dari :
-          Membagi siswa menjadi 4 kelompok
-          Setiap kelompok diberikan LKS dan mistar hitung.
-          Setiap kelompok mendiskusikannya.
-          Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi.
-          Guru memberikan penguatan kepada tiap kelompok.
-           Guru memantapkan materi pembelajaran.
c)      Kegaiatan penutup yang terdiri dari :
-          Bersama siswa merangkum materi.
-          Melakukan penilaian proses dan pemberian tugas pekerjaan rumah.
3)      Observasi
Observasi ini dilakukan terhadap murid dan terhadap guru selama proses belajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan oleh 2 orang pengamat. Pengamatan dilakukan dengan memberi tanda check (√ ) pada kolom yang telah disediakan.
4)      Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes, maka dapat dilakukan refleksi, sehingga dapat diketahui apa yang telah dicapai atau yang belum dicapai dalam pembelajaran pada siklus ini serta melihat kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemudian akan diperbaiki pada siklus kedua dan seterusnya.

Pengelolaan Data
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif. Menurut Arikunto (1993) yaitu statistic yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Data tes dianalisis dengan menggunakan perhitungan daya serap siswa secara klasikal yaitu nilai prestasi rata-rata siswa dalam satu kelas. Berdasarkan panduan kurikulum KTSP, kriteria daya serap klasikal adalah 85% dari jumlah peserta tes telah mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 6,0 (≥6,0) rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis data adalah :
Data tes hasil belajar tiap siklus
a.       Nilai akhir
NA = 25% nilai laporan + 75% nilai tes.
b.     
∑x
N
 
Nilai rata-rata siswa
X   =

Keterangan :
X   = Nilai rata-rata siswa
∑x = Jumlah nilai
N   = banyaknya siswa
c.      
X
Ni
 
Daya serap individual
Ds =             x 100%

Keterangan :
Ds = Daya serap
X   = Nilai yang dicapai siswa
Ni = Nilai ideal
d.     
    NS    .
S x Ni
 
Daya serap klasikal
Ds =                         x 100%

Keterangan :
Ds = Daya serap
Ns = Jumlah nilai yang diperoleh siswa.
Ni = Nilai ideal
S = Jumlah peserta tes
e.      
  n1   
n
 
Persentase ketuntasan belajar
KB =               x 100%

Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar secara klasikal
n1   = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 6,5
n    = Jumlah peserta tes

Indikator Kinerja
a.       Daya Serap (Ds)
Daya serap dikatakan meningkat bila daya serap siswa pada siklus kedua lebih baik dari siklus pertama, daya serap siklus ketiga lebih baik dari siklus kedua (Ds1<Ds2<Ds3).
b.      Ketuntasan Belajar
Hasil belajar dikatakan tuntas berdasarkan urutan sebagai berikut :
Untuk individu : jika siswa dapat nilai ≥ 6,0
Untuk klasikal : jika > 85% siswa mendapat nilai ≥ 6,0.
c.       Lembar Observasi
Penggunaan skala penilaian pada proses pembelajaran yaitu antara 1 sampai 3. Makna dari nilai tersebut adalah semakin tinggi nilai yang diperoleh semakin baik proses pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh semakin kurang baik proses pembelajaran. Nilai ditentukan pada kisaran nilai untuk tiap criteria pengamatan menggunakan persamaan berikut :
jumlah skor
banyaknya observer
 
 

Rata-rata skor :
                       

Untuk lembar observasi guru
Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 17, maka skor tertinggi adalah 51. Oleh karena itu kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah 18, sedangkan kisaran untuk tiap kriteria pengamatan adalah :
                        Kurang (K)      : jika skor antara 1 samapi 17
                        Cukup (C )      : jika skor antara 18 sampai dengan 34
                        Baik (B)          : jika skor antara 35 sampai dengan 51

                       


Untuk lembar observasi siswa
Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 12, maka skor tertinggi adalah 36. Oleh karena itu kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah 13, sedangkan kisaran untuk tiap kriteria pengamatan adalah :
                        Kurang (K)      : jika skor antara 1 sampai dengan 12
                        Cukup ( C )     : jika skor antara 13 sampai dengan 24
                        Baik (B)          : jika skor antara 25 sampai dengan 36



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi pra siklus, rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan. Masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :
1.      Pra Siklus
Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikemukakan gambaran secara umum keadaan proses pembelajaran Matematika di kelas VI SD N 05 V Koto, yaitu : siswa berjumlah 26 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. 75% kegiatan pembelajarannya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga sehingga mengakibatkan siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung, dilaksanakan tes awal pada siswa. Dari hasil tes awal secara umum keadaannya menunjukkan :
  1. Kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep operasi hitung bilangan bulat (penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan negatif).
  2. Kesulitan siswa untuk mempelajari konsep operasi hitung bilangan bulat (penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan negatif).
Dari tes awal tentang penyajian peta diperoleh data bahwa dari 26 orang siswa yang ikut tes masih banyak yang mendapat nilai dibawah 6,0. Dengan demikian, pengetahuan awal siswa tentang materi pelajaran masih sangat minim (rendah).
2.      Siklus I
2.1  Perencanaan
Pada Siklus I ini penelitian tindakan kelas dilakukan pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa mengenai topik dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan diberikan LKS (lembar kerja siswa). Sementara setiap siswa mendiskusikannya, guru memonitoring dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Kemudian secara bergantian setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru memberikan penguatan pada tiap kelompok. Selanjutnya guru memantapkan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar hitung. Guru bersama siswa merangkum materi, dan selanjutnya guru melakukan penilaian proses dan pemberian tugas rumah.
2.2  Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilakasanakan pada tanggal 26 Juli 2011 dengan sub pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat. Proses pembelajaran berlangsung di ruang kelas VI SD N 05 V Koto.
Guru menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dan diakhiri dengan memberi tes Siklus I. Penilaian hasil belajar siklus I merupakan gabungan dari nilai laporan 25% dan hasil tes 75%.


Dari 26 orang murid yang mengikuti tes akhir siklus I hanya 15 orang murid yang memperoleh nilai ≥ 6,0 dan 9 orang murid lainnya masih memperoleh nilai ≤ 6,0. Hasil belajar siklus I ini memiliki nilai rata-rata sebesar 6,7 dengan daya serap sebesar 6,7% dan ketuntasan belajar 61,5%.
Secara klasikal proses pembelajaran pada siklus I belum tuntas. Karena ketuntasan belajar secara klasikal akan tercapai apabila 85% dari jumlah siswa di kelas tersebut telah mendapat nilai ≥ 6,0. Sedangkan secara individu pada pembelajaran siklus I sudah dari setengah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
2.3  Observasi
a.       Deskripsi hasil observasi aktifitas guru.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru diperoleh rata-rata skor pada siklus I sebesar 33,5. Maka secara keseluruhan aktifitas guru dalam pengajaran dalam berdasarkan masalah pada pembelajaran Siklus I termasuk dalam kategori cukup.
Tetapi berdasarkan lembar observasi aktivitas guru masih banyak terdapat kekurangan yang dapat diamati yaitu:
1.      Guru kurang tepat memberikan pertanyaan motivasi pada siswa
2.      Guru kurang pandai dalam menyampaikan suatu permasalahan pada siswa.
3.      Guru kurang membimbing siswa dalam membuat kesimpulan hasil kerja kelompok.
4.      Guru kurang membimbing siswa dalam membuat rangkuman.
5.      Guru belum mengalokasikan waktu pembelajaran dengan tepat.
6.      Guru kurang memelihara keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
b.      Deskripsi hasil observasi aktifitas siswa
Berdasarkan hasil analisa data observasi aktifitas siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media peta pada siklus I dikategorikan cukup dengan rata-rata skor 23.5 .
Kekurangan yang dapat diamati dari lembar observasi aktifitas siswa adalah :
1.      Masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan mencatat judul serta tujuan pembelajaran.
2.      Siswa masih ragu-ragu dalam menganalisis dan menjawab pertanyaan.
3.      Siswa masih memerlukan bimbingan dalam menggunakan mistar hitung.
4.      Siswa kurang kompak dalam menyajikan hasil diskusi kelompok.
5.      Siswa belum bisa membuat rangkuman berdasarkan tujuan pembelajaran.
2.4  Refleksi
Berdasarkan hasil tes siklus I maupun dari lembar observasi aktifitas guru dan siswa, maka perlu diadakan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II, yaitu :
1.      Guru harus tepat memberikan pertanyaan motivasi pada siswa.
2.      Guru harus pandai dalam menyampaikan suatu permasalahan pada siswa.
3.      Guru harus membimbing siswa selama proses pembelajaran.
4.      Guru harus bisa mengalokasikan waktu pembelajaran dengan tepat.
5.      Guru harus memelihara keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
3.      Siklus II
3.1  Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2011 dengan sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat. Pada siklus II ini dilakukan beberapa perbaikan atas dasar reflekasi dari siklus I. Sama seperti siklus I, pada siklus II ini guru menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada siklus II ini guru memulai pelajaran dengan menuliskan judul dan tujuan pelajaran dengan jelas. Kemudian menyampaikan permasalahan pada siswa dan membimbing siswa selama proses pembelajaran.
Selama proses pembelajaran guru memelihara keterlibatan siswa dan memilih siswa secara acak untuk menjelaskan kembali apa yang telah dipaparkan oleh kelompok yang maju. Guru sudah bisa mengalokasikan waktu pembelajaran dengan tepat. Diakhir pembelajaran sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat guru memberikan tes siklus II.
Dari 24 orang murid yang mengikuti tes akhir siklus II terdapat 23 orang murid yang memperoleh nilai > 6,0 dan 1 orang murid lainnya masih memperoleh nilai < 6,0. Hasil belajar siklus II ini memiliki nilai rata-rata sebesar 8,2 dengan daya serap sebesar 8.2% dan ketuntasan belajar 92%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II ketuntasan belajar siswa termasuk dalam kategori tuntas.
3.2  Observasi
Observasi pada siklus II dilakukan oleh pengamat dengan mencatat semua perubahan yang terjadi pada guru dan siswa dengan cara mengamati keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan aspek pengamatan yang telah disiapkan.
a.       Deskripsi Hasil Observasi Aktifitas Guru
Pengamat memberikan penilaian berdasarkan kriteria pengamatan pada indikator aspek pengamatan dalam lembar observasi guru. Diperoleh rata-rata skor pada siklus II sebesar 45,5. Maka secara keseluruhan aktifitas guru dalam pengajaran menggunakan media peta pada sub pokok bahasan pengurangan bilangan bulat dalam kriteria baik dengan gambaran sebagai berikut :
1.      Guru sudah tepat memberikan pertanyaan motivasi pada siswa.
2.      Guru sudah pandai dalam menyampaikan suatu permasalahan pada siswa.
3.      Guru sudah cukup baik membimbing dan mengembangkan sikap motivasi siswa selama proses pembelajaran.
4.      Guru sudah mengalokasikan waktu pembelajaran dengan tepat.
5.      Guru sudah cukup baik dalam memelihara keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
b.      Deskripsi Hasil Observasi Aktifitas Siswa
Pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan pada pembelajaran siklus I. Dari hasil analisis data observasi aktifitas siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan peta dapat dikategorikan baik dengan rata-rata skor 33.
Gambaran mengenai aktifitas siswa dalam penerapan media peta berdasarkan masalah pada Siklus II sebagai berikut :
1.      Masih ada siswa yang kebingungan menggunakan mistar hitung.
2.      Masih ada siswa yang kurang teliti dalam menentukan hasil pengurangan bilangan bulat dengan mistar hitung.
3.3  Refleksi
Hal-hal yang sudah tercapai pada siklus II adalah :
1.            Guru sudah cukup baik dalam memberikan kepada setiap kelompok selama proses pembelajaran.
2.            Keaktifan siswa sudah meningkat selama proses pembelajaran.
3.            Siswa mengalami peningkatan setiap siklus

Pembahasan
1.      Hasil Belajar
Penelitian ini dilaksanakan berawal dari permasalahan yang dijumpai di kelas VI SD Negeri 05 V Koto kabupaten Mukomuko. Permasalahan utama yang dijumpai adalah proses pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru, tanpa menggunakan alat peraga pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diupayakan menggunakan alat peraga mistar hitung.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan yang terdiri dari dua siklus, terdapat peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II, seperti yang telihat pada rata-rata skor observasi guru dan observasi siswa dan nilai rata-rata serta persentase ketuntasan belajar klasikal antara proses pembelajaran siklus I dan siklus II.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar, yaitu :
a.       Nilai rata-rata siswa
Nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 6,7 dan siklus II sebesar 8,2. Pada siklus I nilai rata-rata siswa belum memenuhi acuan keberhasilan yang diharapkan sedangkan pada siklus II acuan keberhasilan sudah terpenuhi.
b.      Daya serap
Daya serap pada siklus I 61,5% dan siklus II sebesar 92%. Pada siklus I daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan belum memenuhi acuan keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus II acuan keberhasilannya sudah terpenuhi.
c.       Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 61,5%,. Pada siklus II sebesar 85%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa belum memenuhi acuan keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus II acuan keberhasilannya sudah terpenuhi.
Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemahaman siswa tentang Operasi Hitung Bilangan Bulat sebesar 6,7. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka pada siklus I siswa belum berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Dilihat dari skor daya serap klasikal baru 67% dari jumlah siswa yang sudah berhasil memahami materi pelajaran. Bila dibandingkan dengan siklus II persentase daya serap klasikal disiklus ini masih tergolong rendah.
Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal hanya 61,5%, berarti pada siklus I ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar. Karena belum sesuai dengan ketetapan dari Dinas Pendidikan  yaitu 85% siswa mendapat nilai ≥6,0.
Ketidak berhasilan ini disebabkan karena beberapa hal : (1) Alat Peraga Mistar Hitung relatif baru dikenal oleh siswa. Sebab sebelumnya guru tidak pernah menggunakan Alat Peraga Mistar Hitung. (2) Bekal pengetahuan MTK di SD umumnya relatif rendah. Kebanyakan siswa sudah lupa dengan pelajaran di kelas sebelumnya.
Nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap Operasi Hitung Bilangan Bulat (sub pokok bahasan Pengurangan Bilangan Bulat) yang diajarkan pada siklus II sebesar 7,3. Berarti sudah memenuhi acuan keberhasilan. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan, maka secara umum siswa telah berhasil memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat. Dari persentase daya serap klasikal, terlihat 73% dari jumlah siswa yang sudah berhasil memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jadi daya serap siswa secara klasikal semakin meningkat karena daya serap siswa pada siklus II lebih baik dari siklus I (Ds1 < Ds 2). Disamping itu, pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga meningkat yaitu sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dengan menggunakan media pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Meskipun masih ada 2 orang siswa (15% siswa) belum berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Ketidak berhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya siswa tidak terbiasa menggunakan alat peraga mistar hitung, yang akhirnya menyebabkan hasil belajar mereka menjadi rendah.
Menurut Robinson (1998) dalam bukunya asas-asas praktek mengajar dikatakan bahwa media pengajaran dapat membantu guru dalam menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan emosional yang sehat diantara siswa-siswanya. Bahan pelajaran ini selanjutnya membantu guru membawa dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing sifatnya menjadi lebih konkrit dan mudah dimengerti oleh siswa. Bila pengajaran ini dilakukan secara tepat, maka murid akan melibatkan diri dalam pelajarannya dan ada kemungkinan hasil belajar mereka bertambah baik dan maju.
Hasil tes menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar yang cukup berarti. Dilihat dari nilai rata-rata siswa tiap siklus dan tercapainya ketuntasan belajar klasikal maka media pembelajaran peta dapat dikatakan meningkatkan hasil belajar. Jadi karena nilai rata-rata siswa tiap siklus meningkat dan ketuntasan belajar siswa pun tercapai, maka media pembelajaran peta dikatakan berhasil walaupun belum secara maksimal.
2.      Aktifitas siswa
Berdasarkan hasil rata-rata skor yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II, dapat dinyatakan bahwa aktifitas siswa meningkat dalam pembelajaran Negara-negara benua Asia melalui media pembelajaran peta. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 23,5 dan termasuk dalam kriteria cukup. Pada siklus I ini, siswa masih pada tahap penyesuaian karena siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan alat peraga mistar hitung. Hal ini dapat dilihat ketika siswa masih kesulitan dalam melakukan pencarian hasil operasi hitung bilangan bulat. Selain itu para siswa belum menyadari hakekat dari belajar kelompok, sehingga masih banyak tampak dalam suatu kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif belajar. Sementara siswa yang lainnya bermain-main dengan temannya dan pada saat mempersentasekan hasil kerja kelompok di depan kelas para siswa masih kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya dan siswa yang lain masih belum berani bertanya dan menanggapi. Proses pembelajaran pada siklus I ini, siswa masih banyak memerlukan bimbingan.
Pada siklus II keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan yang ditandai dengan skor rata-rata 33 dengan kategori baik. Siswa sudah biasa belajar dengan menggunakan alat peraga mistar hitung. Pada siklus II ini siswa sudah lebih aktif dalam belajar, lebih mudah dalam melakukan pencarian hasil operasi hitung bilangan bulat dan saat mempresentasekan hasil karya kelompok juga sangat bagus. Sehingga kegiatan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penerapan alat peraga mistar hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 05 V Koto. Pada setiap siklus siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata siswa yaitu pada siklus I sebesar 6,7 dan pada siklus II sebesar 7,3. Daya serap siswa pada siklsu I sebesar 67% dan pada siklus II sebesar 73%. Ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 61,5% dan siklus II sebesar 85%.
2.      Penerapan alat peraga mistar hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SD Negeri 05 V Koto. Pada siklus I aktifitas siswa berada pada kriteria cukup dengan skor 23,5 pada siklus II berada pada kriteria baik dengan skor 33.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan :
1.      Guru kelas VI diharapkan dapat menerapkan alat peraga mistar hitung dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Karena dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa.
2.      Agar guru menyiapkan tugas siswa secara terstruktur.
3.      Disarankan juga untuk guru agar dalam mengajarkan setiap materi pelajaran menggunakan media pembelajaran.
4.      Dari penelitian tindakan kelas ini ada peningkatan pengetahuan dan aktifitas siswa agar guru melakukan PTK untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi.
5.      Kepada pihak yang berkompeten agar memberikan motivasi atau reward kepada guru yang mampu membuat alat peraga atau media pembelajaran.


No comments: